Saturday, April 30, 2011

CULTURE SHOCK DISORDER

First of all, gue mau curhat dulu ya ;)

Semenjak menetap di Jakarta gue ngalamin yang namanya "Culture Shock" yang emang wajar dialami oleh orang-orang seperti gue; pindahan dari daerah. Dari minggu pertama gue masuk sekolah aja udah kerasa banget. Jokes yang biasa dipake di kota lama dianggep aneh disini. Budaya, cara berpakaian, hang out style, sama kebiasaan orang-orang sini juga beda. Sekarang udah bulan Mei, dan itu berarti udah hampir setahun gue tinggal disini. Walau demikian, gue tetap ngalamin yang namanya culture shock.

Mungkin karena itulah gue ngerasa kurang fit-in sama orang-orang sini, dan ini sama sekali bukan salah mereka. Emang natural sih, maklum budaya daerah sama kota kan beda jauh. Dan gue juga yakin orang-orang kota yang pindah ke daerah pasti sama kagetnya sama gue sekarang ini. Everything they do seemed strange for me, and everything I do seemed strange for them. 


Mungkin karena itulah gue kangen berat sama kota lama dan selalu mengisahkannya ke orang-orang sini. Tapi, ujung-ujungnya gue malah terkesan menyombongkan daerah gue dulu. Padahal bukan itu maksud gue; I'm not used to live in the city and I miss my old life so very much. Maklum juga sih, mereka belum ngalamin yang namanya culture shock jadi wajar kalo nggak ngerti sama kondisi gue sekarang. Tetep aja sih, at some point this annoys me. Jangan keburu nuduh gue mau nyombongin kampung halaman gue dulu dong... Oh iya gue jadi inget, dulu ada anak pindahan dari kota masuk ke  sekolah lama gue, jadi anak baru. Baru hari pertama udah make aksesoris, rok pendek (lebih pendek dari anak-anak lama malah), tas brand, dsb. Dan dia ngaku ke teman-temannya kalo dia anak elit yang ga biasa tinggal di tempat kea gini. Mendengar hal ini, teman-temannya pun dibuat marah. Dilabraklah anak itu, dan sejak saat itu dia menjadi 'outsider', walaupun sekarang udah bisa adaptasi dan bergaul sama teman-temannya. Sekarang, gue baru ngerti perasaan dia waktu dulu. Mungkin maksudnya dia bukan menyombongkan diri, tapi dia mau menerapkan budaya dari tempat asalnya dia ke daerah karena belum bisa menyesuaikan diri sama budaya lokal. Dia pikir, orang fine aja sama budaya elit seperti itu. Tapi di daerah gue, nyatanya tidak. Gue baru ngerti perasaan dia sekarang, karena kini guelah yang mengalami hal seperti itu.

But, take a look at the bright side!  Maaf ya sebelumnya no offense, selama gue tinggal di daerah gue dulu, mindset orang-orang sekitar masih sempit dan sarana ilmu pengetahuan disana juga terbatas. Well not all of them tho. Bukti? Di sekolah lama aja, make aksesoris sama sekali ga boleh, unless kalo aksesorisnya berupa kalung salib dan sejenisnya. Kenapa gaboleh? Ntar disangka preman. Sangat tidak masuk akal. Masa make rubber band aja udah dianggep preman? You cannot judge someone from the way they dress! Terus, buku terbaru yang ada di perpustakaan aja udah terbit dari kapan tahun, dan koneksi internet disana sangat teramat lamban. Plus ga semua orang punya internet di rumah. Nyampe sini, gue agak kaget ngeliat anak-anak sekolah boleh dengan leluasanya memakai gelang, dan kebanyakan diantara mereka mempunyai pola pikiran yang 'out of the box', serta intelligent.  Mereka mampu berpendapat dengan baik, dan pendapat mereka bukan cuma omong kosong. Terus, di kota lebih banyak kesempatan buat berprestasi dalam segala aspek. Sementara, di daerah gue dulu hanya beberapa anak yang memiliki hak untuk berprestasi. Buktinya, salah seorang murid yang *maaf ya ga bermaksud mengejek* sebenernya punya suara yang biasa aja tapi entah kenapa menjadi murid kesayangan semua guru, diikutsertakan dalam segala kegiatan sekolah yang melibatkan kegiatan musikal. Sementara, teman-temannya yang  justru punya suara bagus ga pernah diikutsertakan. Kurang adil apa coba...

Sesungguhnya, culture shock inilah yang menjadi salah satu beban pikiran gue sekarang~ yah tapi gimanapun juga, life goes on! Walaupun gue nggak suka tinggal di kota, paling tidak ada banyak sisi positif yang bisa gue ambil disini. Kalo gue ga tinggal di kota, gue ga bakal nemuin orang-orang baik hati dan cerdas yang sekarang menjadi sahabat-sahabat gue. Gue ga bakal bisa ikutan lomba-lomba yang sebelumnya ga pernah diadain di tempat tinggal lama. Gue ga bakal belajar untuk berpikiran terbuka dan berwawasan luas. Di daerah lama, gue belajar untuk menghargai alam dan kebersamaan. Gue belajar untuk menjadi diri sendiri dan apa adanya, dan sekarang pengalaman-pengalaman di kota memberi tambahan dari apa yang pernah gue pelajarin di daerah. Selalu ada sisi positif dari segala hal ;)

No comments:

Post a Comment