Saturday, February 20, 2016

ESCAPING THE GATE OF HELL

No, this isn't a witness written by someone who stands for God. I know you've seen plenty of those books in the library or bookstores. I don't believe in such thing anymore even though I used to. I no longer see hell as a place where souls of humans are being punished and tortured for eternity. I see it as a state of mind, a state where you can't make peace with yourself even after death. 

By holding to this definition, I've walked through hell several times. I remember when my teacher revealed what I was like 90 years ago, as a soldier participating for world war 2. I saw people dying before me and I was too helpless to help. And it was the kind of death you can't imagine; it was torturing kind of slow death and it happens to a lot of people around you. Living in a short time only to see people dying and dying with them right after was never the kind of life anyone would dream for. I don't need to see Satan standing between a high gate of fire before me to witness hell. That was already hell to me, and it didn't happen in any other realm, it exactly took place on where we are standing now; earth. 

Even as a young kid I already entered the gate of hell. Once again I had to be a witness to a group of reckless human beings torturing other human beings, but I was too young to understand, let alone do something to help the weak, because I too was weak and short-minded. Sometimes when the memories come back, I still feel rage and grudge growing inside me. The desire to take revenge whispers in my mind to hypnotise me, but I'd become one of them if I take my revenge, and I never wanted to do such a thing to any other beings. I don't want to live as another parasite. 

To me, hell doesn't last for eternity. There's an escape, and the only way to escape is to free yourself from rage and sorrow. The path to Heaven isn't so hard to find because it lies within you, but it's not easy to walk through it. The only way to Heaven is to make peace with yourself, to accept that things happen and you can't change it, but you can look forward and move on. 

Saturday, February 13, 2016

CERITA SORE

Sejak menginjak usia yang sudah dianggap dewasa, saya sering mendengar pesan-pesan moral dari mereka yang lebih tua. Beberapa dari pesan itu memang membangkitkan gairah hidup saya kembali dan menginspirasi saya untuk menjadi orang yang lebih baik, namun tidak jarang saya mendengar pesan dari orang yang mindsetnya masih tertinggal zaman.

Kerapkali saya dipesankan untuk mencari pasangan hidup yang agamanya sama, dan kalau bisa, berasal dari keluarga yang kaya raya.

Beberapa orang menyiratkan reaksi negatif ketika mereka tahu bahwa saya tidak suka bayi dan anak kecil, karena "suatu saat nanti saya akan memiliki anak sendiri."
Saya pernah diberitahu agar "tidak usah menyusahkan diri dengan menempuh jenjang pendidikan lebih tinggi; hidup lebih mudah bila kamu menikah dengan seseorang yang kaya."

Di sisi lain, saya pernah diminta untuk kembali ke Indonesia dan membuat perubahan jika saya sudah menjadi "orang" di luar sana.

1. Dalam mencari pasangan hidup, saya tidak mementingkan kekayaan maupun kepercayaan seseorang. Saya ingin mendampingi dan didampingi oleh seseorang yang mau berjuang bersama dengan saya. Apabila kelak nanti saya akan menikah, saya ingin menikah dengan seseorang yang bisa diajak bertukar pikiran dan menanggung beban, tanggung jawab, dan kebahagiaan bersama. Itu yang paling penting. Urusan kepercayaan adalah hal yang sifatnya pribadi, selama bisa saling menerima point of view terhadap spirituality.

2. Saya punya hak atas rahim saya sendiri dan sejak dulu hingga sekarang saya tidak pernah memiliki keinginan untuk memiliki anak kelak nanti. Saya punya life goals lain yang ingin saya wujudkan, and my happiness comes first. Saya tidak ingin melahirkan anak semata-mata karena tuntutan lingkungan.

3. Mungkin at some point in my life saya punya keinginan untuk menikah, tapi menikah bukan tujuan hidup utama saya. Saya hidup untuk belajar dan menjadi seseorang yang berguna bagi orang lain, meskipun hanya terhadap segelintir orang saja. Saya tidak butuh kekayaan karena saya selalu berusaha untuk mengajak diri sendiri agar tidak menjadi seseorang yang materialistik. My true happiness comes from helping others. Mungkin membeli barang-barang brand atau rumah mewah akan membawa kepuasan dan kesenangan tersendiri, tapi bagi saya itu sifatnya tidak permanen, dan ujung2nya saya tidak akan pernah puas dengan apa yang saya miliki sekarang.


4. Percuma kembali ke Indonesia jika gagasanmu tidak didengar dan kamu tidak memperoleh apa yang layak kamu peroleh setelah bekerja keras selama bertahun-tahun. Again, my true happiness comes first, dan sejujurnya di sini saya tidak bahagia. Saya tidak mau membebani diri saya sendiri hanya karena saya dituntut untuk tinggal dan bekerja di tempat yang tidak saya senangi.