Apa itu
hidup? Mengapa hidup harus dijalankan oleh begitu banyak individu, yang menyatu
dalam satu alam? Mengapa masing-masing individu harus saling berbagi dunia,
tempat dimana hidup itu sendiri berjalan?
Hidup itu adalah bagian dari pembelajaran, dimana
masing-masing pihak yang terlibat harus bersama-sama mencari cara untuk
menjalankan hidup yang adil dan setara. Apa yang dimaksud dengan adil dan
setara? Kasih dan damai yang terbagi rata oleh semua makhluk hidup; saling
memberi, saling menerima.
Dalam hal ini, adalah penting bagi masing-masing individu
untuk memiliki kelebihan masing-masing agar bisa saling memenuhi. Tentu saja
kelebihan itu merupakan suatu berkat, dan sesuatu baru bisa dikatakan sebagai
berkat bila bisa dibagi dan digunakan untuk orang lain. Mengapa orang lain itu
perlu? Karena berkat merekalah kita hidup, dan karena hidup itu berkat maka
secara alamiah ia akan berfungsi bila dibagikan.
Kelebihan merupakan suatu berkat yang dimiliki semua
individu di alam semesta, sadar atau tidak sadar. Maka dari itu kelebihan
bukanlah sesuatu yang istimewa dan patut dijadikan suatu tonjolan. Kelebihan
adalah alat penyempurna hidup yang kita dapatkan dari Sang Pencipta. Ingatlah
bahwa ini berarti kelebihan bukan sesuatu yang sepenuhnya dimiliki kita sebagai
subjek kehidupan, dan suatu kelebihan adalah milik bersama.
Sebagai subjek kehidupan, sekali lagi kita hidup untuk
saling melengkapi dan saling membutuhkan. Untuk menjalankan pernyataan ini,
maka kita harus menyetarakan diri dengan subjek kehidupan yang lainnya. Tidak,
bukan berarti kita harus menyatakan diri tidak sempurna, sebab itu merupakan
suatu kesalahan. Semuanya itu sempurna, maka tak perlulah kita beritahu semua
orang bahwa kita itu sempurna. Sesungguhnya mereka sudah tahu. Kalaupun mereka
tidak tahu, mereka akan tahu.
Apa yang terjadi jika kita memposisikan diri di kasta
yang tertinggi? Hidup dan kelebihan kita akan menjadi sia-sia. Bukan berarti
kita tak bisa menjalankan kelebihan yang kita miliki. Masih bisa dan masih
mungkin, tapi ia tak akan banyak membuahkan berkat baru layaknya jika
ditanamkan di tanah yang kita bagi dengan orang lain.
Itulah mengapa orang Buddha sering mengatakan “orang
bijak tak banyak berbicara dan berkomentar”, sebab orang yang bijak tahu bahwa hal
yang terpenting dari hidup adalah aksi, bukannya omongan. Tak banyak yang bisa
kita peroleh dari omongan belaka, sebab hidup itu berjalan, hidup membutuhkan
tindakan. Jujur memang perlu, tapi ketika menyampaikan kejujuran, berikan
informasi sekucupnya saja. Kalimat-kalimat yang berbubuhkan hiperbola bisa
menyinggung pihak lain, dan yang ada kita tidak menjalankan hidup yang penuh
kasih atas sesama.
Dengan menjalankan hidup bersama individu-individu yang
lain, kita pun patut menghargai keberadaan mereka dengan menunjukkan kasih
sayang dan saling menghormati. Saling menghormati berarti mementingkan
keberadaan orang lain layaknya orang lain mementingkan keberadaan kita.
Begitulah hukum harmonis yang harusnya dijalani siapapun yang terlibat dalam
hidup. Apabila yang berlaku adalah sebaliknya, maka hidup akan menjadi stagnan,
dan berkat akan menjadi basi.
No comments:
Post a Comment