Barusan gue baca-baca tweetsnya @SejarahRI dan melihat foto Gedung Graha Garuda, yang berupa seperti ini:
Garuda merupakan burung dari mitologi Jawa yang dipakai sebagai lambang kebangaan Indonesia, dengan 5 Sila di dadanya. Dan gedung ini merupakan wujud raksasa dari lambang Pancasila yang menampilkan kelima sila dan tanggal kemerdekaan Indonesia. Menurut http://info-cileungsi.blogspot.com/, Graha Garuda Tiara dulunya merupakan 'asrama' bagi para siswa peserta Kirab Remaja yang dibangun oleh Mbak Tutut. Sayang, karena keterbatasan biaya, pembangunan pun dihentikan, dan kini gedung ini terbengkalai begitu saja di pinggir jalan raya Cileungsi-Cibinong. Mirisnya, label Gedung Graha Indonesia yang berdiri di depan gedung telah dilumuri berbagai graffiti dari tangan-tangan nakal.
Inilah kondisi negara sekarang; kurangnya rasa nasionalisme dan rasa menghargai terhadap orang lain atau hasil jerih payah seseorang. Selain bukti di atas, bisa kita lihat bahwa masih banyak yang tidak hafal kelima sila yang terukir di dada sang pancasila. Bahkan lagu "Indonesia Raya" saja masih banyak yang lupa. Mungkin saja rasa nasionalisme itu pudar dari sebagian rakyat karena kondisi Indonesia yang dianggap masih terbelakang dibandingkan dengan negara lain. Padahal, dari sisi lain, Indonesia masih bisa dibilang maju. Lihat saja kekayaan budaya yang kita miliki, dan keindahan alam yang mempesona dan telah menjadi daya tarik para wisatawan! Kita punya Raja Ampat, Bali, Candi Borobudur, dan masih banyak lagi. Selain itu, kita punya ratusan budaya dan bahasa daerah dari berbagai kawasan di tanah air, yang belum tentu dimiliki oleh negara lain. Jika kita cukup peduli dengan negara kita, tentu budaya-budaya ini dapat berkembang dengan baik dan diperhatikan oleh dunia internasional. Budaya-budaya dan kekayaan alam negeri dapat menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan oleh warga negara Indonesia, namun tentu saja ini tidak akan terjadi tanpa partisipasi kita sebagai warga. Apa yang bisa kita lakukan kalau begitu? Kita bisa menganut sistem pancasila (yang kabarnya mendapatkan pujian dari Ulama Lebanon :D), dan belajar lebih dalam mengenai budaya-budaya negara ini. Untuk yang hobi menari, bisa mempelajari tarian daerah. Untuk yang hobi musik, bisa mempelajari alat-alat musik tradisional yang nggak kalah seru untuk dimainkan. Untuk yang tertarik dengan literatur, bisa membuat karya sastra yang mengandung unsur nasionalisme.
Soal rasa menghargai, sepertinya nilai santun yang satu ini masih kurang diterapkan disini. Dapat kita lihat bahwa sekolah-sekolah di Indonesia masih lebih memihak nilai akademis ketimbang tata krama dan sopan santun. Rata-rata murid di Indonesia telah menghabiskan kira-kira 8 jam di sekolah untuk belajar secara formal, dan beberapa sekolah masih terlalu terpaku dengan buku pelajaran yang isinya terbatas. Kegiatan yang meliputi rasa menghargai kurang diterapkan meskipun di sebagian sekolah sudah ada, seperti apresiasi seni hasil para seniman tanah air, debat, dsb. Padahal kalo rasa menghargai sudah diterapkan sejak dini, budaya-budaya di Indonesia bisa lebih berkembang, begitu juga dengan hasil karya para ilmuwan lokal yang sebenarnya cukup berkembang namun kurang diperhatikan oleh masyarakat.
Sekian untuk hari ini. Bhinneka Tunggal Ika!
sayang sekali, padahal itu bisa digiunakan untuk musium negara..
ReplyDeleteatau minimal dapat dipelihara dengan baik...
pancasila sungguh menakjubkan